”
Bertahun sudah kita tempuh arus waktu
Aritmatika menyatukan kita
Dalam eligi keangkuhanku
Ku cari akar akar persamaan kuadrat kita
Jauh ke dalam hatimu, sedalam x1 dan x2
Bertahun sudah kita tempuh arus waktu
Banyak yang kupinta darimu, tak berhingga tanpa batas
Sejuta tanya, mengelilingi kotak-kotak kehidupanmu
Hingga kita temukan median jalan tengah
Di antara modus modus yang sering tampil
Bertahun sudah kita tempuh arus waktu
Ku berlayar di hatimu, dengan ketinggian kerucut yang
memuncak
Sebagian luas lingkaran kehidupanmu
Telah ku potong dengan juring-juring yang tajam
menusuk ketulusan hatimu
Hingga kau membagi dengan sasama
Untuk temukan kesederhanaan di antara kita
Bartahun sudah kita tempuh arus waktu
Ada gelisah dalam hatiku, ketika kita tidak sejalan
Terpotong oleh garis tidak sejajar
Walau dalam nilai yang sama
Tapi kita berada di sudut yang bertolak belakang
Bertahun sudah kita tempuh arus waktu
Peridaksamaan membuat kita berpindah ruas
Saat grafik positif kuadratmu berada di atas sumbu” x”
Dan “y” negatif membuatku berada di bawah sumbu “x”
Bertahun sudah kita tempuh arus waktu
Hamparan bidang datar luas tanpa batas
Dalam bilangan khayal tak berbentuk, dalam
kekosongan tanpa anggota
Kau tatap ke atas tegak lurus, mengisi ruang
tiga deminsi
Dalam panjang, lebar dan tinggi
Hingga sampai pada titik maksimum
Bertahun sudah kita tempuh arus waktu
Saat hari hampir turun
Ada gelisah di hatiku
Ketika diagonal ruang ku tak mampu ku satukan
dengan diagonal bidang mu
Melilit kumparan hari hari sepi, dalam sudut lingkaran yang tak
terbatas
Bertahun sudah kita tempuh arus waktu
Dengan bekal yang tersisa
Inggin ku lukis arsir arsir kesamaan kita
Di antara notasi komplemen
Dalam
kurva semesta
No comments:
Post a Comment